M Y L I F E

ENTRY ABOUT LINKS STUFFS NEWER OLDER +FOLLOW

Talk with me!;

I say something

Archive;

my fate

Winter Resit

i'm cries & thankyou

Template Farah Dini
Basecodes Aqila Farah
The Owner Lala
TutoBies Fatin|Farah|Atiqah
Best Views Google,WeHeartIt

Kota Mati dan Hidup kedua
Kamis, 28 Februari 2013 - Permalink - 0 Comments

Serasa hidup kembali, seperti itulah keadaan aku saat ini. Saat dimana aku merasakan ruh dan jiwaku menyatu. Kejadian dan takdir yang membuat aku menjadi begini. Saat dimana nyawa terasa berharga dan tidak ada satupun yang bisa menyaingi ketetapan Tuhan. Aku berdiri di tepian sudut kota mati. Yang tiada berpenduduk. Rumah-rumah tua yang dindingnya sudah mulai keropos. Tumbuh-tumbuhan rambat yang menghiasai sebagian besar bangunan-bangunan disini. Tiada dentuman jam. Sunyi dan mencekam. Lalu aku berjalan menyusuri setiap sudut kota, berharap menemukan seseorang yang bisa aku mintai tolong. Berharap ada seseorang yang memberitahukanku dimana aku berada sekarang. Aku resah, seolah terdampar di tepian bumi yang tiada waktu. Terus ku berjalan, menyusuri kota ini dengan bingung dan aku tak mengerti ini seperti apa. Ku temukan sebuah batu di tepian sungai dimana air yang mengalir dibawahnya begitu jernih, seolah tidaka ada orang yang pernah mengggunakan sungai ini sebelumnya. Seperti lahir pada jaman kuno, tapi matahari begitu hangat, langit masih biru, dan semuanya tampak begitu sejuk dan angin yang menyambutku begitu terasa mesra. Ku mulai menulis tentang perasaanku pada saat ini, dimana disini aku merasa tenang, dan tidak ada hal yang membuatku resah. Ku merasa ketika diriku disini ada kedamaian menyelimuti hati. Tidak ada saudara, tidak ada orang tua, tidak ada teman, tidak ada bos yang marah-marah. Tapi aku tidak tau aku dimana. Yang ku temui hanya kesejukan dan kedamaian. Mungkinkah ini yang dinamakan tempat yang abadi, tempat yang dimana hanya orang-orang yang sedang mengalami penyempurnaan kehidupan kedua dimulai. Bahwa tangan Tuhan sedang bekerja memperbaiki diriku dan jiwaku yang telah hampir mati. Tuhan,, sebaitku hanya bisa menuliskan sisi kesempurnaan Mu. karna aku hanya melihatMu secara sempurna. dengan begitu banyak anugrah yang Kau telah berikan kepadaku. saat ini dimana tak ada satupun manusia yang tau aku disini. di tempat yang menurutku aneh,tapi aku tenang didalamnya. Tuhan,, inikah yang dinamakan hidup kedua?? menjalani sisi kehidupan yang Engkau berikan dengan secara gratis menghirup udara Mu. Dan aku berjanji menjadi umatMu yang baik.
Tak Sehangat Matahari
Rabu, 09 Januari 2013 - Permalink - 0 Comments

ku terduduk, terdiam menatapi apa yang sedang terjadi. ku terpaku, entah apa yang beliau katakan, seolah membuatku dan duniaku seakan runtuh ditempatnya. kepalaku seakan berputar dan terus berputar. aku tak tau, apakah saat itu aku sehat atau tidak. tapi satu yang harus aku terima. mulai esok, aku bukan bagian dari keberhasilan tempat ini. aku sadari itu dan aku mulai beranjak dari kursi tua itu. berjalan tertatih menuju halaman yang penuh sesak oleh jiwa-jiwa yang sedang bergembira. melepaskan semua kegundahan,ku angkat telfon genggamku dan ku coba cari orang yang ingin aku tuju. ternyata dia tidak ada.

sungguh ironi kejadian waktu itu. dimana aku telah mengumpulkan semua kekuatanku untuk memulai mengabulkan sedikit demi sedikit impian yg telah lama ingin aku wujudkan. ya,menjadi satu2nya orang yg dipercaya oleh orang yang memiliki andil besar dalam sejarah bisnis bagiku adalah hal yang istimewa. tidak bisa aku pungkiri, aku terjatuh dan menangis dihadapan Ibundaku. hatiku terkoyak mengenang satu-satunya kejadian yang sangat memalukan itu. hingga aku tak tau lagi harus meletakan wajahku dimana. sekalipun sulit untuk ku jelaskan, bahwa bukan aku yang bersalah. tapi apa daya, mereka sudah terlanjur mempercayainya.

kini, hari-hari kupenuhi dengan kegiatan yang membangun dan aku tetap harus terus melanjutkan hidupku. aku tidak boleh berhenti hanya sampai disini. aku harus terus maju. aku bertekad dan akan aku buktikan pada orang - orang yang menyakitiku bahwa aku bisa lebih baik dan terus lebih baik dari mereka. ya, lebih baik dari mereka yang selalu mencari kesalahan-kesalahan orang lain dan menyudutkan kehadiran orang lain.
mereka hanya pecundang yang tidak tau bagaimana harus survive agar mereka bisa bertahan dalam lingkungan yang mematikan ini.lingkungan yang dihadiri oleh orang-orang yang tak sehangat matahari.
Menari Dalam Bayangan

ku tepis semua asa dalam dada. keinginan tak lagi bisa ku raih. tak ku pedulikan berapapun nilainya. karna kini yang aku inginkan hanya sebuah reaksi yang tidak terduga. bahwa hanya itulah yang bisa membuat hidupku menjadi lebih berarti. tak peduli lagi berapa lama waktu yang telah aku habiskan hanya untuk mencari. tak peduli lagi apapun yang terlah aku lakukan untuk berbagi. itu semua hanya media agar keinginan itu segera terwujud.

kekhawatiran dan ketakutan mulai menghinggapi. tapi lantunan kata-kata penggugah jiwa itu masih terngiang. seolah-olah sesuatu Zat sedang berbicara kepada nurani, "jangan takut sayang, masih selalu ada Aku di dada mu". tak henti ku menangis, menahan rasa yang membuncah dalam dada. ku tak mau dia pergi jauh. ku tak ingin ada yang berubah. tapi itu semua tidak bisa ku hindari. ku biarkan ia terus berjalan dan berjalan kemana pun kakinya akan melangkah pergi. lalu tanpa aku sadari, waktu telah berganti. senyum itu kini kembali hadir dengan harapan sejuta asa.

tidak ada yang bisa terganti dan jikapun aku kembali ke masa-masa itu, aku akan tetap memilih untuk mengenal dia. mengenal orang yang sama sekali belum pernah aku temui, dan hanya jiwa itu yang aku tunjuk untuk menggantikanku. kini aku bisa kembali menari seperti dulu waktu aku berjaya dengan impianku. tapi kini aku menari dalam bayangan yang entah sampai kapan akan kembali.